PALEMBANG---Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun membuka Pelatihan “Enhancing Operational Excellence” Komoditas Karet dari seluruh Regional PTPN I di Palembang, Senin (7/7/25). Di hadapan 36 peserta, Tuhu Bangun menyampaikan pesan inti; “Lurus dan Fokus Bangkitkan PTPN I lebih Tangguh dan Kuat!”. Pesan itu disampaikan sebagai tantangan kepada peserta yang terdiri dari para Asisten Kepala di masing-masing Regional untuk memaksimalkan kinerja ke depan. Sebab, kata dia, saat ini adalah momen terbaik untuk menujukkan kualitas kepemimpinan yang progresif dan berkelanjutan.
Pelatihan dihelat Head Office PTPN I Supporting Co bekerja sama dengan LPP Agro Nusantara akan berlangsung selama lima hari. Turut hadir, SEVP Business Support PTPN I Regional 7 Iskandar Dewantara, Kasubdiv. Tanaman PTPN I M. Firman Noor Siregar, dan beberapa pejabat utama lainnya. Sebagai pengantar, Kabid Diklat LPP Agro Nusantara Dwi Suryani Suryaningrum menyampaikan laporan dan proyeksi pelatihan ini. Ia mengatakan, akselerasi kinerja operasional unggul karet sebagai komoditas utama PTPN I sangat penting dan strategis untuk bisnis berkelanjutan.
“Spirit ‘One PTPN, On Culture’ menjadi penguat sinergi antara PTPN I dengan LPP Agro Nusantara. Dalam konteks pelatihan ini, kita berkomitmen untuk terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas para unsur pimpinan, yakni BOD-2 dan BOD-3 (Asisten Kepala dan asisten), terutama pada komoditas karet. Sebab, komoditas ini menjadi core business di PTPN I,” kata Dwi Suryani.
Selain membuka acara, Tuhu Bangun juga menjadi pemateri pertama dengan penekanan aspek motivasi berprestasi (achievement motivation) sebagai seorang pemimpin. Dalam paparan cepat dan lugasnya, Tuhu Bangun menepuk dada semua peserta dengan berbagai pengalaman pribadi selama berkarir di dunia PTPN. “Lurus dan Fokus kepada Kebangkitan PTPN I” dia sampaikan sebagai target jangka pendek yang harus dicapai dengan seluruh potensi yang ada.
“Anda tahu penjual kelapan muda (dugan) ? Mereka pedagang hampir tanpa modal yang berpikir dan bergerak out of the box. Jika kebanyakan pedagang mencari tempat dagang di keramaian, pedagang dugan memilih jalanan sepi, di bawah rindang pohon, tanpa jaminan laku. Mereka hanya punya nyali dan keyakinan bahwa rezeki dibagi Tuhan dengan adil. Satu niat mulianya adalah melayani orang-orang yang kehausan untuk mendapatkan kesegaran,” kata Tuhu Bangun menggambarkan tentang model berpikir menggambarkan tentang model berpikir kreatif dan inovatif atau banyak diistilahkan out of the box.
Ilustrasi pedagang dugan diterjemahkan Tuhu Bangun sebagai contoh bagi seorang pimpinan untuk memutus kebuntuan kreativitas. Peserta pelatihan yang selangkah lagi bisa menjadi manajer, kata dia, harus memiliki improvisasi dari sekadar menjalankan rutinitas harian. Tanpa pembaruan yang bisa mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa dengan nilai tambah, suatu sistem tak akan bergerak dari tempat alias stagnan.
Dalam konteks pesan “Lurus dan Fokus Kebangkitan PTPN I”, Tuhu Bangun mempersyaratkan setiap unsur pimpinan di semua level untuk memiliki minimal empat kepekaan rasa sejati. Yakni, kepekaaan rasa memiliki bahwa seluruh sumber daya di perusahaan sebagai aset yang harus dijaga. Rasa kepekaan bertanggung jawab atas apa saja yang terjadi dan seluruh dinamikanya. Rasa kepekaan terhadap sesuatu yang harus diprioritaskan dalam perusahaan. Dan kepekaan rasa terhadap situasi krisis di perusahaan.
“Seluruh elemen, apalagi unsur pimpinan, harus menghayati empat sense kepada perusahaan. Pertama, sense of belonging atau rasa memiliki; kedua sens of responsibility atau tanggung jawab; ketiga sense of urgency, bisa cepat memilah dan memilih yang prioritas; keempat sense of crisis, memahami dan bersikap positif ketika ada kesulitan di dalam perusahaan. Ada lagi, sense of continues introspection, kesadaran untuk introspeksi diri,” kata dia.
Region Head yang pernah random memimpin di beberapa PTPN ini juga mewanti-wanti kepada peserta untuk tidak mengambil kesempatan dan menikmati zona nyaman di perusahaan. Menurut Tuhu Bangun, zona nyaman adalah simpul dari satu rangkaian operasional manajemen yang mematikan progresivitas sistem. Sebaliknya, ia mememinta setiap pimpinan untuk mempertaruhkan amanah yang diemban untuk mengambil risiko-risiko strategis untuk kemajuan bersama.
“Di perusahaan ini memang cukup strategis untuk mengambil posisi aman dan berada di zona nyaman. Sebab, hampir apapun yang terjadi, setiap bulan gajian. Demikian juga dengan berbagai fasilitas tunjangan. Tetapi, saya ingatkan, kalau Anda memilih comfort zone, maka jabatan itulah yang akan melaknat Anda. Askep (asisten kepala) bukan hanya kordinator, tetapi harus menjadi anak panah yang membidik target. Sebab, kalian dipersiapkan untuk menjadi manajer,” tambah Tuhu Bangun.
Tantangaan
Merangsek ke aspek teknis, Tuhu Bangun juga mengingatkan seluruh planter PTPN I, bahwa bisnis agro sangat berbeda dengan industri lain. Dia menyebut 99,9 persen aspek bisnis perkebunan menjadi domain Tuhan Yang Maha Esa melalui semesta alam. Sebab, seluruh proses produksi bahan baku perusahaan diatur dan ditentukan melalui mekanisme alam dengan ketentuan Tuhan. Namun demikian, Tuhu Bangun menyatakan angka mutlak prerogatif Tuhan itu bisa disikapi dengan akal dan tindakan.
“Kalau industri perbankan atau pabrik baja, misalnya, mau hujan atau badai bisa tetap berjalan. Kalau kita, mau sadap karet terpengaruh oleh cuaca. Tetapi, kita diberi akal untuk menembus segala kondisi cuaca. Kalau kita bersungguh-sungguh, pasti Allah SWT. akan mengabulkan. Nasib kita tergantung upaya kita untuk mengubahnya. Caranya, berpikir kreatif, improvisasi, dan lakukan inovasi.”
Tuhu Bangun juga menyampaikan tantangan perusahaan PTPN I saat ini. Ia menyebut, pasca transformasi bisnis melalui restrukturisasi organisasi dengan pembentukan subholding di PTPN Group, PTPN I Supporting Co membutuhkan energi ektra untuk bangkit. Ia mengaku bersyukur, dengan restrukturisasi organaisasi berdasarkan komoditas, Supporting Co menunjukkan grafik perbaikan sangat signifikan.
“Alhamdulillah lagi, (PTPN I) Regional 7 memberi kontribusi cukup signifikan untuk Supporting Co. Meskipun secara HO (head office) masih minus, tahun 2024 lalu kami (Regional 7) menyumbang kinerja terbaik baik operasional muapun keuangan. Untuk kinerja tahun ini (2025), hingga Juni 2025 neraca keuangan membukukan keuntungan,” kata Tuhu Bangun.
Agenda Enhancing Operational Excellence bagi para Askep akan berlangsung selama lima hari sejak Senin (7/7/25) dan akan ditutup pada Jumat (11/7/25). Para peserta berasal dari Regional 2 (Bandung), Regional 3 (Jawa Tengah), Regional 5 (Jawa Timur), Regional 7 (Lampung, Sumsel, Bengkulu), dan Regional 8 (Makassar). Mereka akan mengikuti pelatihan teknis di ruang kelas dan studi kasus di lapangan difasilitasi para mentor dari LPP Agro Nusantara.
Setelah pelatihan, peserta akan diberi tugas untuk melakukan praktek belajar dan aplikasi di lapangan tempatnya bertugas selama satu bulan atau action learning project. Dari praktek itu, setiap peserta akan diminta membuat laporan lengkap untuk dipresentasikan di hadapan unsur pimpinan regional atau board of regional management (BRM).
“Kami tekankan setiap peserta memperoleh pengetahuan dan kompetensi yang bisa memberi arahan untuk melakukan inovasi yang memberi nilai tambah. Di sini ada ruang improvisasi sehingga setiap peserta dituntut menemukan cara baru, opsi baru, atau sesuatu yang bisa mengakselerasi kinerja secara menyeluruh,” kata Dwi Suryani Suryaningrum. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar