Portal Berita Online

Lampung Harus Bergerak Cepat di Era Bisnis Digital


Oleh: Miardo Seppiko Nopendra


Perkembangan bisnis digital telah menjadi arus utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global dan nasional. Sayangnya, Lampung masih tertinggal dalam pemanfaatan potensi ini. Padahal, Lampung punya modal besar: hasil pertanian melimpah, lokasi strategis, serta bonus demografi generasi muda yang akrab dengan teknologi.


Namun potensi itu belum sepenuhnya digarap. Sampai hari ini, struktur ekonomi Lampung masih didominasi oleh pertanian dan perdagangan konvensional. Singkong, kopi, lada, dan sawit memang menopang ekspor daerah, tapi sebagian besar masih dijual dalam bentuk mentah. Nilai tambah dan kendali pasar justru dinikmati daerah atau negara lain yang lebih dulu menguasai digitalisasi bisnis.


Bisnis digital membuka peluang bagi Lampung untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal. Pelaku usaha mikro kecil (UMK), petani, nelayan, hingga perajin bisa memasarkan produknya langsung ke konsumen nasional bahkan internasional. Marketplace, media sosial, hingga platform e-commerce menjadi jembatan baru yang memangkas rantai distribusi yang selama ini panjang dan merugikan produsen.


Namun transformasi digital bukan sekadar bicara soal teknologi. Lampung perlu membangun ekosistem yang mendukung. Infrastruktur internet yang masih timpang antara kota dan desa menjadi persoalan utama. Masih banyak daerah di Lampung yang sulit sinyal, apalagi akses internet cepat. Tanpa internet yang merata, bisnis digital hanya berkembang di kota besar seperti Bandar Lampung dan Metro, sedangkan daerah lain tertinggal.


Selain itu, pelaku UMK masih menghadapi tantangan keterampilan digital. Tidak semua paham bagaimana cara memasarkan produk lewat platform online, membuat konten promosi, atau mengelola transaksi digital. Maka, pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan. Pemerintah daerah, kampus, komunitas digital, dan swasta harus bersinergi membangun kapasitas SDM pelaku usaha.


Permodalan juga menjadi tantangan. Banyak pelaku usaha yang ingin bertransformasi ke digital tapi terhambat akses modal. Bank dan lembaga keuangan perlu membuka skema kredit khusus bagi UMK digital. Pemerintah daerah juga bisa memberikan insentif fiskal atau subsidi platform digital bagi pelaku usaha yang bertransformasi.


Selain sektor perdagangan, digitalisasi juga perlu menyentuh pertanian dan pariwisata Lampung. Pertanian bisa memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk monitoring panen, agritech untuk mempertemukan petani dan pembeli secara langsung, hingga blockchain untuk memastikan transparansi rantai pasok. Sektor pariwisata bisa dikembangkan melalui promosi digital, e-ticketing, hingga virtual tour untuk menjangkau wisatawan nusantara dan mancanegara.


Peran pemuda Lampung sangat penting dalam transformasi ini. Generasi muda yang akrab dengan internet dan media sosial bisa menjadi motor penggerak bisnis digital daerah. Mereka bukan hanya pengguna platform, tapi juga bisa menjadi pencipta aplikasi, marketplace, startup fintech, hingga konten kreatif.


Sayangnya, banyak anak muda Lampung yang akhirnya hijrah ke kota besar atau luar provinsi karena merasa Lampung belum ramah terhadap startup dan inovasi digital. Pemerintah provinsi perlu segera membangun iklim yang mendukung tumbuhnya startup, mulai dari mempercepat perizinan usaha, menyiapkan inkubator bisnis digital di kampus, hingga menghadirkan ajang kompetisi startup daerah.


Jika Lampung mampu bergerak cepat, potensi menjadi pusat ekonomi digital Sumatera bukan mimpi. Letak Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera-Jawa memberi peluang besar untuk menjadi hub distribusi logistik digital dan perdagangan antar pulau.


Selain menciptakan pertumbuhan ekonomi baru, bisnis digital juga membuka banyak lapangan kerja bagi anak muda. Mereka bisa menjadi content creator, dropshipper, programmer, atau digital marketer tanpa harus meninggalkan kampung halaman. Ini menjadi solusi untuk mengurangi urbanisasi yang masih tinggi di Lampung.


Transformasi bisnis digital harus dipandang sebagai agenda prioritas daerah. Ini bukan soal mengikuti tren, tapi soal bertahan dan bersaing di era baru ekonomi. Pemerintah, kampus, komunitas, dan dunia usaha perlu duduk bersama membangun roadmap digitalisasi Lampung yang konkret dan terukur.


Lampung tidak boleh hanya puas menjadi lumbung pangan dan energi, tapi juga harus menjadi pusat ekonomi digital yang maju dan inklusif. Jika semua bergerak bersama, Lampung cerdas digital bisa menjadi kenyataan, bukan sekadar wacana.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular


NASIONAL$type=complex$count=4

Arsip Blog

Recent Posts