Metro — Dalam upaya mendekatkan sastra di kalangan generasi muda, Lampung Literature didukung Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan kembali menyelenggarakan Diskusi Buku Sastra.
Sesi ke- 2 kegiatan Diskusi Buku Sastra Lampung Literature menghadirkan salah satu karya sastrawan Nasional, Zen Hae, yaitu omnibus Rahasia Kesaktian Raja Tua. Diskusi dilaksanakan di Nuwo Budayo, Kota Metro, bekerja sama dengan Dewan Kesenian Metro (DKM), pada hari Sabtu, 11 Oktober 2025 pukul 14.00 WIB.
Omnibus Rahasia Kesaktian Raja Tua karya Zen Hae berisi cerita-cerita (panjang dan pendek) yang ditulis ulang dari khazanah sastra lisan Tulang Bawang Barat (Tubaba), Lampung. Sebagai sebentuk penulisan kembali, omnibus ini telah menyerap, membikin baru atau memelesetkan, apa-apa yang selama ini dikenal sebagai bagian dari sastra lisan Tubaba. Misalnya, kisah petualangan Radin Jambat, asal-usul kejadian Lebak Lambu, rahasia kesaktian Minak Indah, Keramat Gunung Nughik, genealogi masyarakat Lampung hingga cerita tentang buaya, setan hutan, tukang ukur zaman Belanda dan pemburu di hutan-hutan Lampung. Akan tetapi, pengarang juga mengoplos semua itu dengan apa saja yang mungkin-termasuk memainkan lagi struktur cerita berbingkai Seribu Satu Malam.
Ahmad Mahendra, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, menegaskan pentingnya peran komunitas dalam menjembatani karya dan pembaca.
“Program Penguatan Komunitas Sastra ini adalah upaya untuk menjembatani antara karya sastra dengan pembaca. Karena selama ini, diseminasi buku sastra masih belum optimal. Komunitas sastra berperan sebagai ujung tombak yang akan menyebarluaskan karya sastra, dengan cara mendiskusikannya dan mengalihwahanakannya,” ujarnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Iskandar, Ketua Lampung Literature, menyatakan bahwa sastra penting bagi generasi muda karena membantu membentuk karakter dan moral, meningkatkan keterampilan berbahasa dan komunikasi, menumbuhkan empati dan wawasan sosial, serta melestarikan identitas budaya dan nasionalisme. Melalui sastra, generasi muda dapat mengembangkan pemikiran kritis, kreativitas, dan kepekaan terhadap nilai-nilai kehidupan.
“Diskusi buku sastra merupakan bagian dari program Penguatan Komunitas Sastra 2025 Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Melalui kegiatan ini, Lampung Literature berupaya menjadikan diksusi dan alih wahana sastra sebagai salah satu strategi agar sastra lebih mudah diterima generasi muda secara luas,” imbuhnya.
Solihin Ucok, Ketua Dewan Kesenian Metro (DKM), menyambut baik kolaborasi ini. “Metro punya potensi besar dalam dunia seni dan literasi. Kolaborasi seperti ini menunjukkan bahwa sastra masih punya tempat penting di ruang publik. Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi pemantik lahirnya karya dan komunitas sastra yang inspiratif di kota Metro dan sekitarnya,” katanya.
Selain sesi diskusi buku, kegiatan dimeriahkan dengan pembacaan prosa dan musikalisasi puisi oleh Orkes Bada Isya. Format ini dipilih sebagai bentuk alih wahana sastra, yang bertujuan mendekatkan karya sastra kepada publik melalui medium pertunjukan.(yaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar