Portal Berita Online

Literasi yang Membumi: Gerakan Bersama Dedi Miryanto dan Wildawati untuk Masa Depan Cerah


LAMPUNG SELATAN - Dalam semangat memperingati Hari Pendidikan Nasional, dua aparatur sipil negara Lampung Selatan menyuarakan pentingnya gerakan literasi yang lebih dekat dan membumi di tengah masyarakat. Dedi Miryanto, ASN aktif di bidang sosial kemasyarakatan, dan Wildawati, staf Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah, sepakat bahwa literasi harus menjadi budaya yang tumbuh dari bawah, bukan sekadar program seremonial.(2/5/25)


Literasi Harus Menyentuh Kehidupan Sehari-hari


Menurut Dedi Miryanto, literasi tidak harus dimulai dari tempat yang formal atau eksklusif. Justru, taman baca di pos ronda, majelis taklim, atau obrolan ringan di warung kopi bisa menjadi awal mula tumbuhnya budaya baca di masyarakat.


“Kita perlu menyesuaikan pendekatan dengan keseharian masyarakat. Literasi bukan hanya soal membaca buku tebal, tapi bagaimana pengetahuan menjadi bagian dari hidup sehari-hari,” ungkapnya.


Sebagai pribadi yang sering hadir dalam kegiatan warga dan diskusi komunitas, Dedi melihat pentingnya menghadirkan literasi dalam ruang-ruang yang akrab dan terbuka.


Menghidupkan Perpustakaan dan Merawat Pengetahuan Lokal


Senada dengan itu, Wildawati menambahkan bahwa infrastruktur literasi seperti perpustakaan desa perlu dihidupkan dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan relevan dengan kebutuhan warga.


“Kadang kita punya gedung perpustakaan, tapi tidak dimanfaatkan karena isinya tidak dekat dengan kehidupan masyarakat. Kita perlu mengangkat cerita-cerita lokal, sejarah kampung, dan pengalaman warga sebagai bagian dari sumber literasi,” jelas Wildawati.


Ia juga menjelaskan bahwa pihaknya terus mendorong pelibatan komunitas dalam kegiatan literasi, termasuk pelatihan digital dan pelestarian arsip lokal.


Dukungan Pemimpin Daerah sebagai Energi Gerakan Literasi


Dalam perjalanan membumikan gerakan literasi, peran dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci penting. Baik Dedi maupun Wildawati mengakui bahwa iklim kebijakan yang kondusif di bawah kepemimpinan Bupati Lampung Selatan, Radityo Egi Pratama, turut memberi ruang gerak yang lebih luas bagi pelaku literasi di tingkat akar rumput.


“Kami bersyukur karena saat ini banyak inisiatif literasi mendapat sambutan positif. Kebijakan yang ramah terhadap kegiatan edukatif seperti ini tentu memberi semangat tersendiri bagi kami,” ujar Dedi.


Hal senada disampaikan Wildawati. Menurutnya, perhatian pemerintah daerah yang konsisten terhadap pengembangan sumber daya manusia membuat berbagai program literasi dapat lebih menyentuh kebutuhan warga.


“Dukungan seperti ini tidak selalu berupa proyek besar, tapi bisa berupa ruang dialog, kehadiran dalam kegiatan masyarakat, dan dorongan moral yang membuat kami merasa tidak berjalan sendiri,” tuturnya.


Bagi mereka, gerakan literasi yang bertumbuh bukan hanya karena kerja keras para penggiatnya, tetapi juga karena adanya pemimpin daerah yang memberi ruang, mendengar, dan ikut mendorong tumbuhnya budaya baca di tengah masyarakat.


Gerakan Bersama, Bukan Kerja Sendiri


Keduanya menekankan bahwa gerakan literasi tidak bisa digerakkan oleh satu pihak saja. Butuh keterlibatan banyak unsur — mulai dari pemerintah desa, sekolah, komunitas pemuda, hingga pelaku usaha lokal.


“Literasi akan tumbuh jika ada kerja sama. Bukan hanya program dari atas, tapi juga semangat dari masyarakat sendiri,” kata Dedi.


Wildawati menambahkan, “Kita ingin menciptakan ruang belajar yang inklusif dan dinamis, di mana warga merasa punya peran dan diberdayakan.”


Tanda-Tanda Perubahan


Meski jalan masih panjang, Dedi dan Wildawati melihat tanda-tanda positif: ruang baca komunitas yang mulai tumbuh, minat anak-anak terhadap cerita lokal, serta inisiatif warga untuk saling berbagi buku dan ilmu.


“Hal-hal kecil ini, jika terus dirawat, akan menjadi fondasi bagi generasi masa depan yang lebih sadar dan kritis,” tutup Dedi.(red)

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular


NASIONAL$type=complex$count=4

Recent Posts